cssmenu ul { margin: 0; padding: 7px 6px 0; background: #7d7d7d url(overlay.png) repeat-x 0 -110px; line-height: 100%; border-radius: 1em; font: normal 0.5333333333333333em Arial, Helvetica, sans-serif; -webkit-border-radius: 5px; -moz-border-radius: 5px; border-radius: 5px; -webkit-box-shadow: 0 1px 3px rgba(0, 0, 0, 0.4); -moz-box-shadow: 0 1px 3px rgba(0, 0, 0, 0.4); width: auto; } #cssmenu li { margin: 0 5px; padding: 0 0 8px; float: left; position: relative; list-style: none; } #cssmenu a, #cssmenu a:link { font-weight: bold; font-size: 13px; color: #e7e5e5; text-decoration: none; display: block; padding: 8px 20px; margin: 0; border-radius: 5px; -webkit-border-radius: 5px; -moz-border-radius: 5px; text-shadow: 0 1px 1px rgba(0, 0, 0, 0.3); } #cssmenu a:hover { background: #000; color: #fff; } #cssmenu .active a, #cssmenu li:hover > a { background: #979797 url(overlay.png) repeat-x 0 -40px; background: #666666 url(overlay.png) repeat-x 0 -40px; color: #444; border-top: solid 1px #f8f8f8; -webkit-box-shadow: 0 1px 1px rgba(0, 0, 0, 0.2); -moz-box-shadow: 0 1px 1px rgba(0, 0, 0, 0.2); box-shadow: 0 1px 1px rgba(0, 0, 0, 0.2); text-shadow: 0 1px 0 #ffffff; } #cssmenu ul ul li:hover a, #cssmenu li:hover li a { background: none; border: none; color: #666; -webkit-box-shadow: none; -moz-box-shadow: none; } #cssmenu ul ul a:hover { background: #7d7d7d url(overlay.png) repeat-x 0 -100px !important; color: #fff !important; -webkit-border-radius: 5px; -moz-border-radius: 5px; border-radius: 5px; text-shadow: 0 1px 1px rgba(0, 0, 0, 0.1); } #cssmenu li:hover > ul { display: block; } #cssmenu ul ul { display: none; margin: 0; padding: 0; width: 185px; position: absolute; top: 40px; left: 0; background: url(overlay.png) repeat-x 0 0; border: solid 1px #b4b4b4; -webkit-border-radius: 5px; -moz-border-radius: 5px; border-radius: 5px; -webkit-box-shadow: 0 1px 3px rgba(0, 0, 0, 0.3); -moz-box-shadow: 0 1px 3px rgba(0, 0, 0, 0.3); box-shadow: 0 1px 3px rgba(0, 0, 0, 0.3); } #cssmenu ul ul li { float: none; margin: 0; padding: 3px; } #cssmenu ul ul a, #cssmenu ul ul a:link { font-weight: normal; font-size: 12px; } #cssmenu ul:after { content: '.'; display: block; clear: both; visibility: hidden; line-height: 0; height: 0; } * html #cssmenu ul { height: 1%; }

Rabu, 19 Maret 2014

Cerpen Cinta 2014


First Love but Not True Love


                Suara dengarkanlah aku, apa kabarnya pujaan hatiku ? Aku disini menunggunya, masih berharap di dalam hatinya…” (Hijau Daun)
Secarik surat berisikan lagu cinta itu kini telang usang dimakan waktu, namun masih terbungkus indah di dalam kotak tua milik Naura. Gadis kecil kesayangan nan anggun. Dia terus memandangi isi kotak tersebut, mengingat kenangan masa lalu yang terpendam dalam lautan asmara. Ditemani secangkir susu dan roti hangat, ia duduk manis dalam ayunan bunga di taman kesayangannya.
                Sosok itu telah membuat Naura trauma akan cinta. Namun, sosok itu telah mengajari Naura akan arti dari sebuah cinta. Ia bahagia sempat merasakan cinta pertama. Walau pahit adanya.
                Teringat pisau yang menyayat hatinya, membuat Naura meneteskan air mata tepat saat wajah sosok itu nampak dalam album usangnya. Sosok itu seakan tersenyum bahagia disana melihat Naura hanyut dalam lautan air mata. Wajah mungil itu kini tak lagi dapat diulangnya. Hanya sekali. Tepat saat itu juga, dan tak akan pernah ada lagi.
***
                Gadis kecil itu hidup dalam keluarga sederhana yang penuh akan cinta. Terutama kakak asuhnya, Violla. Ia sangat menyayangi Naura layaknya seorang ibu. Mengajaknya bermain, menyuapi nya saat kelaparan, dan menemani Naura saat kelelahan. Naura enggan jauh dari Violla. Hingga Violla ingin main dengan temannya pun Naura harus ikut dengannya.
“Ini Naura ya oll ? cantiknya.” Sapa kak Dilla
“Iya, sayangnya dia pemalu.” Jawab kak Olla. Olla adalah panggilan dari kakak asuh Naura
“Hehe princess kecil nya Reza nih. Rezaa, ambilin minum ya.” Teriak kak Dilla memanggil seseorang
“Ini kak, silakan diminum.” Sapa Reza, adik dari kan Dilla dan teman sekelasnya Naura.
                Sosok itu kini berlari dengan menyibakkan rambut jambulnya. Naura turut berlari menyertainya, namun sosok itu kini jauh dan hanya bekas senyum itu yang membayangi Naura.
***
                Pulau-pulau dalam peta berterbangan di kepala Naura enggan diam, ulangan mata pelajaran IPS inilah yang paling dibencinya. Itu juga membuatnya enggan untuk istirahat dan makan di tempat biasa ia berkumpul dengan sahabatnya. Naura murung tetap bersikukuh meratapi hasil ulangannya yang bergambar wajah sedih dari gurunya (0).
                Namun, tiba-tiba seseorang yang sangat dikenalnya menghampiri Naura.
                “Hei,kamu kenapa kok sendirian saja di kelas?” Tanya Reza.
                “Aku cuma lagi sebal saja kok.” Jawab Naura dengan ketus, walau dalam hatinya dia tak mugkin membohongi perasaannya bahwa dia sangat senang Reza ada disana.
                “Lain kali aku bantu deh, Janji. Oh iya, kamu punya kakak perempuan ya ?”
                “Terima kasih. Emm, iya tapi yang kemarin itu bukan kakak kandungku. Kamu juga punya kan ?”
                “Iya, dia juga bukan kakak kandungku. Aku kan anak pertama, tapi ngomong-ngomong kita sehati ya. Hehehe...”Goda Reza.
                “Hehe bisa saja kamu.” Pipi Naurapun memerah.
                “Aku mau main sepak bola dulu ya prince. Eh..” Sambil nyengir memperlihatkan gigi taringnya yang ompong.
                “Apaa ?? eh iyaa.Bye” Naura hanya tersenyum mendengarnya.
***
                Angin berhembus kencang malam ini, membuat Naura sulit untuk memejamkan matanya. Ia bergegas menuju kamar Olla.
                “Kak Olla, belum tidur ?” Kejut Naura dari belakang.
                “Eh Naura, belum kok. Sini-sini sama kak Olla. Kamu kenapa kok belum tidur ?”
                “Dingin kak, kakak lagi ngapain ?”
                “Lagi ngerjain tugas, tapi udah selesai kok. Naura, sini deh kakak ceritain.”
                “Cerita apa kak ?”
                “Soal Reza loh ini. Kata kak Dilla,Reza itu suka sama Naura. Hehe Ciyee...”
                “Gak mungkin kak, wleekk” Bantah Naura
                “Yeee gak percaya, Reza sering banget cerita sama kak Dilla kalau dia punya pincess yang cantik banget namanya Naura.” Cerita kak Olla
                “Hehe apa iya gitu sih kak ? tapi Reza ganteng kan kak ? hehe...” pipi Naura kian memerah
                “Ganteng dong, pangeran nya Naura sih. Hehehe... udah-udah ayo bobok sini sama kak Olla. Udah malam lho ini.” Bujuk kak Olla, yang akhirnya Naura pun tertidur pulas dalam pelukannya.
***
                Terik matahari kini semakin menyengat gadis kecil bernama Naura. Seperti rutinitas sebuah sekolah pada umumnya, sekolah Naura sedang khitmat melakukan upacara bendera. Naura tak lepas dari tugas-tugas upacara bendera dan kali ini dia menjadi dirijen atau penggiring paduan suara. Tangan lentik nan anggun yang dimilikinya membuat guru-guru mempercayainya menjadi dirijen. Itu juga sebab dari apa yang disukai Reza.
                “Nauraa, dipanggil pak Bruno.” Panggil sahabat nya, Liana.
                “Oh iyaa,aku kesana sekarang.” Jawab Naura.
                “Ada apa pak ?” tanya nya pada pak Bruno.
                “2 Minggu lagi akan ada lomba paduan suara, kamu nanti jadi dirijennya ya nak ?” Ajak pak Bruno.
                “Emm, baik pak. Apa tidak diseleksi terlebih dahulu pak ?” tanya Naura mempertimbangkan.
                “Tidak untuk dirijennya, tapi nanti untuk yang menyanyi akan diseleksi. Nanti pas jam istirahat latihan di aula ya, ajak teman-teman mu yang ingin ikut dan sekiranya bisa.” Akhir kata pak Bruno
                “Iya pak.”
                Bel berbunyi nyaring tanda jam istirahat telah tiba, berbondong-bondong banyak yang mengikuti audisi paduan suara di aula. Satu persatu teman-teman ku diseleksi untuk dipilih suara yang terbaik, Liana turut berpartsipasi dengannya. Namun sayang, Liana tak dapat berkesempatan untuk mengikuti lomba paduan suara. Hanya sebagian teman sekelas dan adik kelas. Latihan pun segera dimulai. Naura berlatih dengan sungguh-sungguh, mengayunkan jemari lentiknya dengan tempo yang baik. Tak disadarinya, dibalik pintu aula terdapat sosok yang mengagumi Naura.
                “Dia tambah cantik ya kalau jadi dirijen ?” Bisik Reza pada Dedi, sahabatnya.
                “Biasa,rencana kapan mau nembak za ?” Tanya Dedi.
                “Nanti sajalah, setelah selesai lomba. Bagaimana ?”
                “Aku sih siap-siap saja,kamu tuh siap gak kalau ditolak ? haha” Goda Dedi
                “Aku kan cowok, ya siaplah.” Mereka pun sambil berlalu meninggalkan aula.
***
                Audisi sudah berlalu, kini saatnya menampilkan sebuah pertunjukkan yang meriah di aula. Semua sekolahan sudah hadir dalam halaman sekolah Naura. Hati Naura semakin berdegup kencang dan terlihat gugup dalam wajahnya. Liana selalu menemani Naura bahkan saat itu juga.
                Acara perlombaan akan segera dimulai, dan grup paduan suara sudah bersiap di belakang panggung karna bernomor undi yang kedua. Saat melihat nomor undi pertama yang tampil dengan memukau, Naura menjadi pesimis dan tak yakin ingin tampil. Namun, karna dukungan teman-temannya akhirnya Naura mempunyai keyakinan yang kuat bahwa dia dan grup paduan suara bisa. Nomor undi kedua terdengar nyaring di telinga Naura, bergegas mereka berjajar membentuk sebuah formasi yang indah dihadapan para juri. Tak lupa memberi salam hormat sebelum dipersilakan tampil. Alunan nada-nada dari piano pun berbunyi, tangan Naura juga ikut mengalun disertai suara merdu teman-temannya.
                Ditempat lain, Liana dan Ira sedang menyusun sebuah rencana bersama Dedi dan tak ketinggalan Reza. Mereka membicarakan tentang bagaimana cara menembak Naura.
                “Ini pasti berhasil, hihihi...” Girang Ira setelah perundingan misi selesai.
                “Kita lihat saja nanti.” Jawab Reza. Kemudian mereka bergegas menuju tempat yang sudah dipersiapkan.
                Tepuk tangan yang meriah mengakhiri penampilan grup paduan suara bernomor undi dua yang dipimpin Naura. Mereka kembali menata formasi keluar panggung dengan barisan Naura paling belakang. Sesampainya diluar, tiba-tiba kedua temannya menutup mata Naura dan mengajaknya berlari ke suatu tempat.
                “Cepat dikit dong jalannya.” Paksa Ira penuh dengan semangat.
                “Aku mau dibawa kemana to ini ? kok ditutup segala mataku ?” Rengek Naura
                “Sudah tenang saja, ada aku kok disini.” Liana menenangkan.
                Setibanya di tempat yang dimaksud, Naura bergegas membuka matanya. Betapa terkejutnya Naura melihat segerombolan teman-temannya berkumpul disana dan yang paling terkejut lagi disana ada Reza, teman yang disukainya.
                “Ayo kita pergi dulu kawan, tinggalkan mereka berdua disini.” Ajak Novian
                “Yuk mariii...” Dan diikuti teman-temannya termasuk Ira dan Liana.
                Kini, benar-benar hanya ada Naura dan Reza. Terdiam, termenung dan entahlah. Naura ingin sekali menangis karna dia takut dan sangat takut. Namun, suara Reza memecahkan keheningan dan Naura terpaksa menahan bendungan air mata di pelupuk matanya.
                “Ra, aku suka sama kamu. Aku sayang sama kamu dan aku juga cinta sama kamu.” Tiba-tiba Reza menyatakan perasaannya tepat dihadapan Naura.
                “Tapi kenapa ? kenapa aku dibawa kesini ? kamu mau apa ?” Tak kuasa lagi, Naura pun menumpahkan air mata yang kini telah membasahi pipi halusnya.
                “Kamu mau tidak jadi pacarku ?” Pinta Reza dengan santainya. Naura hanya bisa terisak menangis sejadinya mendengar pernyataan Reza. Dan Naura pun berlari sekencangnya menuju kelas yang kemudian dikejar Novian.
                “Kamu kenapa malah menangis ?” Tanya Novian yang kini telah berada disamping Naura.
                “Aku ta ta takuuut. Aku takut pacaran, aku takut cinta, aku tak tau cinta itu apa.” Isak Naura
                “Kamu tak perlu takut, Reza itu orangnya baik. Dia sayang sama kamu juga sudah lama, kamu harus menghargai perasaannya. Aku dengar-dengar kamu kan juga sayang sama Reza ? kamu jangan membohongi perasaan mu, kesempatan tak datang dua kali Ra.” Jelas Novian.
                “Iya, aku tahu kok. Tapi aku bingung harus jawab gimana, kamu tahu kan ? aku tuh takuuutt Noviaann... huhuhu” teriak Naura hingga pak Bruno datang menghampiri.
                “Ada apa Naura ? kok menangis ?” Tanya pak Bruno
                “Aku tadi ditembak pak, huhuhu” jawab Naura dengan polosnya.
                “Ha ha ha, ya baiklah kalau begitu cepat diam ya nak jangan menangis lagi.” Tawa pak Bruno diikuti teman-teman Naura yang menyaksikan, Naura hanya terdiam bingung menatap semua orang yang menertawainya.
                Naura kesal dengan sikapnya hari ini, seharusnya dia juga mengatakan pada Reza bahwa dia juga sayang padanya. Tiba-tiba sepucuk surat berada dalam genggamannya setelah sosok berlalu melalui meja nya.
***
                Kejadian yang lucu dan indah bagi Naura kini telah berlalu. Naura telah menjadi kekasih Reza tetap pada tanggal 17 Oktober 2009, mereka selalu bersama saat disekolah. Surat demi surat banyak diterima Naura dari Reza.
                “Terima kasih ya lagunya.” Sapa  Naura pada Reza
                “Sama-sama, aku minta nomor kamu Ra.”
                “Boleh, tapi ini nomor kakak ku. Tidak apa-apa ya.”
                “Tak masalah princess, hehe”
                Malamnya, ponsel kakak Naura berdering.
                “Hahaha Nauraaa, ada sms buat kamu. Ciyee dari pangeran katanya.” Naura bergegas menghampiri kakaknya.
                “Hehe apa sih kak.” Sahut Naura sembari mengambil ponselnya.
                “Selamat malam putri yang cantik seperti bidadari. Pesan ini dari sang pangeran.” Begitu sms dari Reza.
                “Malam pangeran, sampai jumpa besok ya.” Jawab Naura melalui via sms dengan wajah yang sumringah.
                Dalam kelas Naura sudah ramai membicarakan hubungan Naura dengan Reza. Semua orang bersorak saat Naura masuk dengan pipi merah merona. Hari ini akan ada ulangan mata pelajaran IPS dengan menghafal peta, namun Naura tetap santai karna Reza memiliki janji akan membantunya. 1 jam telah berlalu, kepala Naura pusing memikirkan jawaban yang tak kunjung datang hingga jam istirahat pun tiba.
                “Ada yang sulit Ra ?” Tanya Reza menghampiri dan duduk disamping Naura
                “Sulit semuaa.” Jawab Naura dengan wajah cemberutnya
                “Sini aku bantuin, ini nih jawabannya. Selesai kan ?” Sembari membelai rambut Naura.
                “Oh iya, terima kasih ya.” Naura memberikan senyuman terindah untuk Reza
                “Aku ke kantin dulu ya, nanti kamu nyusul ya. Bye” Reza berlalu dengan melambaikan tangannya
                Di kantin,  Naura dibelikan Reza snack kesukaannya. Naura sangat senang sekali karna Reza memperlakukannya sangat baik.
                “Ra, besok minggu main bareng ya. Ajak Liana kalau mau.”
                “Iya deh.” Naura tersenyum tersipu menahan bahagianya.
***
                Minggu yang cerah ini, Naura, Reza dan teman-temannya akan bersepeda bersama. Naura dibonceng Reza menggunakan sepeda Liana, sedangkan Liana dibonceng Tio, kekasihnya dan juga sahabat Reza. Sedangkan yang lain bersepeda sendiri. Karna Reza mengayuh sepedanya dengan cepat, mereka berada di barisan terdepan.
                “Ra, pegang tangan ku dong. Hehe” Ajak Reza
                “Malu lah za.” Naura mendelik di belakangan punggung Reza. Namun akhirnya, tangan mereka bergandengan disepanjang jalan dengan romantisnya.
                Rombongan Naura istirahat sebentar di rumah nenek Ardhi, sahabat Naura. Disana, disuguhi banyak makanan. Bergegas Reza mengambil sepotong roti untuk disuapkan Naura.
                “Sini Ra, aku suapin. Aaaaa’ …”
                “Emm, Makasih ya za.”
                “Aku bakal panggil kamu sebutan yang lucu, boleh ya ?”
                “Apa ?”
                “Beby, hehe” Semua orang tertawa melihat tingkah Reza yang romantis dengan Naura.
                Perjalanan berakhir, mereka pun bergegas pulang kerumah Reza karna sepakat akan membantu membersihkan rumah baru Reza yang berada di dekat Naura. Naura dan Reza layaknya kekasih yang abadi, mereka sangat kompak saat menyapu, mengepel bahkan saat lelah pun mereka masih sempat untuk saling memijit leher. Setelah usai, Naura pulang kerumah untuk mandi dan kembali bermain bersama teman-temannya ke rumah Reza yang lama karna kakaknya akan menikah.
                Di jalan Naura dibonceng Tio karna Liana terpaksa tidak ikut. Sesampainya di rumah Reza, diberikannya buku kecil milik Naura. Naura terpana melihat betapa tampannya kekasihnya saat itu, dengan kemeja kotak-kotak ditambah jambul khasnya. Akhirnya, Reza mengajak Naura untuk berjalan-jalan di pinggiran sawah dekat rumahnya. Sering sekali Reza membelai rambut Naura yang indah dan selalu memandangi wajah cantiknya.
                Di gubuk mungil berlindungkan pohon chery ini, Reza duduk disamping Naura dengan memberikan sebuah kalung berliontin love  warna kuning emas.

                “Ini untuk mu, dijaga baik-baik ya.”
                Naura tak ingin ketinggalan dengan memberikan kalung couple berliontin love pada Reza. Apabila kalung itu dibuka, akan terbaca nama Reza Love Naura.
                “Ini juga untuk kamu, I Love You” Naura tersipu malu namun tetap memancarkan senyuman terindahnya.
                “I Love You too” Jawab Reza sembari mencubit pipi Naura yang telah merah sedari tadi, dan dibalas senyuman dari Naura.
                Tak lupa mereka mengabadikan foto berdua disana, penuh cinta dan bahagia.
***
                Rasa bahagia Naura kala itu tak akan pernah dilupakannya, namun semua itu serasa sirna saat Naura tiba disekolah dengan suasana yang mencekam. Terlihat Reza sedang berlarian mengejar Irfan dan teman-temannya sembari melempari batu kerikil. Naura terhenti di depan pintu kelas tak tahu harus bagaimana, namun kemudian Irfan berlari mendekati Naura.
                “Kamu jangan masuk ke kelas, nanti kamu bakalan ada di tanganku. Ngerti ?” Jelas Irfan dengan ketusnya. Irfan adalah kekasih Prita salah satu grup dari PLN yang juga teman sekelas Naura. Naura hanya terdiam bingung memandangi Irfan yang juga menatapnya dengan kesal. Tiba-tiba Irfan menarik Naura dengan keras dan menyeretnya keluar kelas.
                “Lepasiinn, ini ada apa sebenarnya ?” Teriak Naura yang kemudian Reza menghampiri mereka.
                “Kamu jangan sakiti pacar ku, Novian ajak Naura menjauh. Biar ku urusi Irfan sialan ini.” Reza dan Irfan pun berkelahi dihalaman, sedangkan Naura dibawa Novian ke kantin yang masih tutup karna masih sangat pagi.
                “Ini ada apa Van ? kenapa mereka berkelahi  ? aku khawatir pada Reza” Tangis Naura
                “Mereka lagi ada masalah sama grup PLN. Arin grup baru PLN itu suka sama Reza, sedangkan Reza anti banget sama grup PLN karna disana ada Prita kekasih Irfan. Dan kamu tahu kan ? Irfan itu suka sama kamu, makanya Reza anti dengan grup PLN. Kamu jangan sekali-kali mendekati PLN. Ngerti ?” Jelas Novian dengan tegas.
                Kini Naura bingung diantara dua pilihan, dia berada di antara Arin dan Reza. Sedang Arin adalah teman Naura sendiri dan Reza adalah kekasihnya. Naura tahu pasti perasaan Arin, namun haruskah Naura melepas Reza demi Arin ?
                Siang ini, Naura berencana untuk meminta penjelasan dari Arin salah satu grup PLN baru. Namun, tak disangkanya bahwa kata Prita, Arin mempunyai niat jahat untuk memisahkan Naura dan Reza dengan sengaja. Perkelahian barusan adalah keberhasilan misi Arin yang pertama. Naura menangis dalam pelukan Prita yang akhirnya diketahui Reza.
                “Nauraa, bukannya aku sudah bilang. Jangan dekati mereka, jangan berteman dengan mereka.” Teriak Reza marah pada Naura.
                “Aku sama sekali tidak mengerti dengan permainan ini za, kamu sedari tadi tak memberi ku penjelasan apa-apa.” Isak Naura
                “Baiklah, kita putus saja.” Sembari melemparkan kalung pemberian Naura.
                “Rezaa, aku minta maaf. Tapi aku hanya ingin tahu penjelasan dari Prita. Kenapa kamu membenci mereka zaaa ?” Naura memohon maaf dalam pangkuan Reza. Namun, Reza sama sekali tak menggubrisnya justru pergi meninggalkannya sendiri dalam kelas.
                Naura terus menangis dalam bangku kelasnya, semua teman-temannya turut prihatin padanya. Kalung couple nya pun dilemparkannya setelah Naura mematahkan liontinnya. Tak disangka, kalung itu ditangkap Irfan yang sedari tadi berada di belakang Naura. Bergegas Irfan turut mematahkan kalung itu menjadi puing-puing terkecil. Naura terus menangisi Reza, mantan kekasih yang sangat dia sayangi.
                Naura banyak mendapat masukan dari teman-teman nya bahwa Reza adalah seseorang yang ego nya tinggi, hanya mementingkan perasaannya saja. Tak memikirkan perasaan seseorang dari ucapannya yang setajam pisau. Akan diingatnya tanggal menyakitkan ini, 05 November 2009. Kado istimewa tanggal 24 nanti tak akan pernah bisa diterimanya. Reza dengan egonya telah merusak semua cinta yang dirasa Naura. Saat itu juga, Naura merasa bahwa Reza adalah orang yang paling dibencinya.
                Dengan bantuan Liana, Naura dibopongnya pulang karna suhu badannya yang turun secara drastis. Dan ditengah jalan yang dilihatnya adalah Reza dengan menggandeng tangan Arin, hanya berdua dengan Arin di balik gapura sekolahan. Naura tak kuasa menahan air mata yang akhirnya mengalir dengan derasnya.
                Tangan Naura semakin terasa dingin dan Liana semakin keberatan membopong Naura.
                “Ra, kamu baik-baik saja ?”
                “A a ku baik sa saja.” Jawab Naura yang kian melemah.
                Naura terjatuh lemas dan terguling dari tangga yang dinaikinya sedari tadi. Semua orang berbondong-bondong menyelamatkan Naura. Reza hanya terpaku menatap mantan kekasihnya dengan wajah iblisnya.
***
                Naura, gadis kecil yang malang kini telah tumbuh dewasa dengan kekasih barunya yang jauh lebih dewasa darinya. Naura hanya tersenyum-senyum mengingat surat-surat masa lalunya yang menyedihkan juga menyenangkan itu. Foto mereka dahulu yang kini telah usang masih tertata rapi dalam album kenangannya.
                Bergegas Naura kembali mengubur kotak tua itu dalam tempat yang terpendam dalam tanah dan menghabiskan secangkir susu yang sudah dingin karna sedari tadi tak disentuhnya.
                Naura kini bahagia, walau cinta pertamanya bukanlah cinta sejatinya.

Puisi Kebimbangan

Bim Bang


Dihari ini tak ada kata kata indah yang bisa ku rangkai maupun hal istimewa yang mampu ku urai
Semua terasa semu dan biasa saja, nuansa gelap menyelimuti langit yang indah seperti hati dan rasa ini
Sungguh mungkin rasa ini tak mampu ku ungkapkan dengan kata kata yang biasa aku ungkapkan pd mu
Bagaikan huruf abjad yang berterbangan di benak ku, kelam tak terbaca
Bagaikan angka angka rumit yang tak mampu ku pecahkan
Dan akhirnya membentuk benang benang di dalam memory ku
Walau benang tersebut sangatlah kusut, dan tak akan bisa ku luruskan lagi
Aku akan tetap tegak berdiri untuk melawannya
Entah apakah aku sanggup untuk tetap berdiri?
Aku pun tak tahu jawabnya.
Mungkin kamu hanya bisa tersenyum melihat semua perbuatan ku tapi inilah bukti untukmu,
Bukti yang mungkin tak kan bisa buat mu puas, bukti yang mungkin mengecewakan
Walau ini mengecewakan bagimu, tapi aku ingin kamu tau semua perasaan dan cinta yang tulus untuk u
Yang ingin slalu ku tuturkan di hadapan mu, tapi sungguh … ini sulit… sangat sulit
Masalah lain aku tak berani berbicara di hadpan mu,, karena kau begitu angkuh dengan pendirian mu
Aku hanya bisa tunduk, merintih, menangis, dan menahan semua penjelasan ku yang tersembunyi
Tersembunyi dibalik tumpukan batu yang entah kapan akan terbongkar
Dan terkubur di dalam jurang jurang kegelapan
Entah apakah ada sinar yang mampu meneranginya
Mungkin tidak ! hanya kamu yang sanggup menyinarinya
Pabila sinarmu sudah tak sanggup untuk menyinariku
Akankah ada sinar lain yang mampu menyinariku ?? sedangkan kata hati ku sangat menginginkan sinar u
Mungkin hati ini hanya bisa berharap dan terus berharap,,,, sebuah harapan yang tak jadi kenyataan
Dan apabila benar adanya sebuah kenyataan, aku yakin itu hanyalah mimpi !!
Mimpi tak akan selamanya maniss, mimpi tak selamanya indah,,, mungkin mimpi ini yang aku alami

By : Maulida Larasati & Ulfa Nasrul Hidayati