cssmenu ul { margin: 0; padding: 7px 6px 0; background: #7d7d7d url(overlay.png) repeat-x 0 -110px; line-height: 100%; border-radius: 1em; font: normal 0.5333333333333333em Arial, Helvetica, sans-serif; -webkit-border-radius: 5px; -moz-border-radius: 5px; border-radius: 5px; -webkit-box-shadow: 0 1px 3px rgba(0, 0, 0, 0.4); -moz-box-shadow: 0 1px 3px rgba(0, 0, 0, 0.4); width: auto; } #cssmenu li { margin: 0 5px; padding: 0 0 8px; float: left; position: relative; list-style: none; } #cssmenu a, #cssmenu a:link { font-weight: bold; font-size: 13px; color: #e7e5e5; text-decoration: none; display: block; padding: 8px 20px; margin: 0; border-radius: 5px; -webkit-border-radius: 5px; -moz-border-radius: 5px; text-shadow: 0 1px 1px rgba(0, 0, 0, 0.3); } #cssmenu a:hover { background: #000; color: #fff; } #cssmenu .active a, #cssmenu li:hover > a { background: #979797 url(overlay.png) repeat-x 0 -40px; background: #666666 url(overlay.png) repeat-x 0 -40px; color: #444; border-top: solid 1px #f8f8f8; -webkit-box-shadow: 0 1px 1px rgba(0, 0, 0, 0.2); -moz-box-shadow: 0 1px 1px rgba(0, 0, 0, 0.2); box-shadow: 0 1px 1px rgba(0, 0, 0, 0.2); text-shadow: 0 1px 0 #ffffff; } #cssmenu ul ul li:hover a, #cssmenu li:hover li a { background: none; border: none; color: #666; -webkit-box-shadow: none; -moz-box-shadow: none; } #cssmenu ul ul a:hover { background: #7d7d7d url(overlay.png) repeat-x 0 -100px !important; color: #fff !important; -webkit-border-radius: 5px; -moz-border-radius: 5px; border-radius: 5px; text-shadow: 0 1px 1px rgba(0, 0, 0, 0.1); } #cssmenu li:hover > ul { display: block; } #cssmenu ul ul { display: none; margin: 0; padding: 0; width: 185px; position: absolute; top: 40px; left: 0; background: url(overlay.png) repeat-x 0 0; border: solid 1px #b4b4b4; -webkit-border-radius: 5px; -moz-border-radius: 5px; border-radius: 5px; -webkit-box-shadow: 0 1px 3px rgba(0, 0, 0, 0.3); -moz-box-shadow: 0 1px 3px rgba(0, 0, 0, 0.3); box-shadow: 0 1px 3px rgba(0, 0, 0, 0.3); } #cssmenu ul ul li { float: none; margin: 0; padding: 3px; } #cssmenu ul ul a, #cssmenu ul ul a:link { font-weight: normal; font-size: 12px; } #cssmenu ul:after { content: '.'; display: block; clear: both; visibility: hidden; line-height: 0; height: 0; } * html #cssmenu ul { height: 1%; }

Senin, 30 September 2013

Puisi Cinta 15

CINTA INI PENUH HARAP

Suatu hari, aku terdiam membisu...
Dia yang menatapku tajam, menusuk dinding-dinding perasaanku
Walau aku tahu, dalam bola matanya tak ada bayanganku sekalipun
Sosok wanita cantik dan rupawan yang ada
Aku pun hanya tertunduk, menunggu angin-angin cinta menyapa
      Mungkin memang benar, menunggu itu melelahkan
      Jatuh cinta itu menyakitkan
      Diam itu penyiksaan
      Tapi, bertindak juga memalukan
Aku harus bagaimana ? Sebuah titik kecil ingin terbang
Pergi mencari titik-titik lainnya, agar menjadi besar dan dilihat
Ku biarkan melody terus berdendang, mengiringi tangis ini
Ku relakan merpati terbang tinggi, mengepakkan sayapnya
      Ketika aku ingin berhenti...
      Arus deras ini terus membawaku pergi
      Sungguh, aku tak bisa menaklukkan ini
      Arus yang terlalu kuat untuk ku lewati
      Tangis yang terlalu deras untuk ku hapus
      Luka yang terlalu sakit untuk di sembuhkan
Tak ada jawaban dari semua usahaku
Justru menjadi air tenang menghanyutkan
Tenggelam...Tertimbun...dan Menghilang...

Puisi ini terinspirasi dari kisa MOS SMA, dimana (aku) mulai jatuh cinta pada seseorang tetapi seseorang itu lebih menyayangi teman (ku) sendiri. Mengapa judulnya Cinta 15 ? karna nomor urutnya 15 :)

Rabu, 29 Mei 2013

Cerpen Edisi Baru 2013 "Mengejar Cinta" Part I


Ardhi Dwiky Prawira

                Untuk awal pengenalan yang kata pepatah “Tak kenal maka tak sayang”, namaku Dwiky. Lengkapnya Ardhi Dwiky Prawira, kelas IX D Smp Negeri 2 Girikarta. Kata teman-teman sih aku cowok yang keren tapi takut patah hati. Hehe wajar dong..oh iya, percaya tidak sih sama cerita-cerita Sinetron di TV ? itu loh tentang cinta pada pandangan pertama yang katanya abadi ? hmm kalau di Logika yang namanya Sinetron kan pasti Cuma bohongan kan. Tapi siapa sangka, aku sendiri mengalaminya. Ya tepat sekali, Pandangan Pertama Cinn ..aduh duh…
***
            Tahun ini akan ada Lomba Tilawah antar SMP se-kecamatan. Dan pastinya aku dong yang jadi nominasinya. Hehe bukannya sombong nih, masalahnya aku ini walaupun nakalnya selangit,suka ikut anak-anak punk tapi jangan kira aku pecandu narkoba,atau perokok seperti orang pada umumnya ya. Justru aku salah satunya anak laki-laki kelas IX D yang pandai mengaji, hemm bakat dari leluhur soalnya.
            Pendaftaran peserta terasa sangat membosankan bagiku.Alhasil aku dapat nomor undi 9. Yaaahh aku termasuk nomor-nomor kecil yang artinya aku bakalan pulang lebih dulu dibanding nomor belasan yang lain. Saat memasuki ruang perlombaan, aku masuk dengan PDnya dan duduk di barisan depan dengan seorang cewek, hehe. Eh,si cewek itu ternyata cerewet banget. Tanya itulah tanya inilah, jujur saja aku tidak begitu suka dengan cewek cerewet dan lebih suka banget sama cewek pendiam nan anggun.
            “Oh iya, kamu nomor urut berapa ?”Clemot cewek itu.
            “Nomor awal dong, 9.”Kata ku dengan bangga.
            “Haa..nomor awal katamu ? hahaha” Tertawa geli.
            “Iya, kenapa ketawa ?memang kamu nomor berapa ?” Tanya ku pada akhirnya.
            “Nomor urut 2.Peserta disini Cuma ada 10.Kalau kamu nomor urut 9 berarti kamu termasuk yang terakhir dong.Hahaha kamu nih gimana sih.”
            “Waduuuhh, aku tidak tahu.”Jawab ku singkat menahan malu.
            “Hehehe iya tidak apa-apa,sebentar lagi aku akan maju. Doa’in ya !”
            “Yee enak saja, kita ini bersaing.Masa aku harus doa’in kamu menang sih.”
            “Hemm.”
            Biarlah, mungkin dia beranggapan aku ini tolol,bodoh dan semacamnya atau sombong. Aku udah biasa begitu jadi setiap ada yang komentarpun tentang aku, aku Cuma mengerlingkan alisku tanda damai. Tapi bisa dibilang aku malu banget kali ini, dipermalukan seorang cewek gitu !haduuuhh parah, bisa ancur nih reputasiku sebagai cowok keren. Hehe..
            Setelah beberapa menit aku hanya diam karna malu, aku melihat seseorang datang terlambat memasuki ruangan dengan wajah biasa saja.Seperti sedikit murung fillingku. Tapi,setelah aku tatap dia terus menerus,dia cantik juga. Pendiam,anggun,manis lagi senyumnya. Haa apa ?senyum ?ya,dia baru saja tersenyum melihatku saat masuk ruangan,karna tempatku pinggir dekat pintu. Dia duduk di barisan belakang yang memang sangat jauh dariku.Setiap kali aku menoleh padanya, dia juga menatapku lalu kemudian beralih pandangan.
***
Puas juga sih menatap senyuman cewek tadi yang sedang bergurau dengan teman sebangkunya, entah sudah kenal atau belum tapi terlihat sangat akrab. Huft, BT juga gak di ajak ngomong sama cewek cerewet tadi. Dan saat gilirannya tiba, ternyata bagus banget suaranya.Mengajinya dengan nada atau sering disebut dengan Tilawah. Wuiihh aku mulai sok tahu nih,hehe. Tapi, aku ciyus ini.Baru pertama kalinya dibuat melongo karna kagum.Ya, dan setelah itu dia mulai Cerewet lagi.
“Hey,bengong saja dari tadi. Kenapa ?”Tanya dia.
“Haa ?siapa yang bengong ? hemm, namamu siapa sih cerewet banget !” Ups aku keceplosan.
“Huuh, dasar. Kenalin,nama ku Arista.” Sembari menyodorkan tangannya.
“Oh.” Balasku pada akhirnya.
            Nomor undi berikutnya ternyata masih sama dengan menggunakan Nada. Haduh, bagaimana ini ? Masa sih aku hanya polos tanpa Nada ?gengsi dong. Semakin dibuat BT saja aku hari ini.Tapi, tidak sepenuhnya sih. Hehe, kan masih ada si cewek Idola ku yang duduk di barisan belakang. Kembali aku tatap dia dan kali ini aku tersenyum, Eh dia menatapku seperti sedang grogi mungkin.Hahaha tatapan ku mujarab atau aku kelihatan keren kali ya.
            Waktu semakin cepat berlalu saja, hingga tiba akhirnya di nomor undi 8. Itu artinya sebentar lagi aku akan tampil. Kok jadi deg-deg’an gini ya ? Aneh, apa gara-gara cewek Idola tadi aku jadi begini. Bagaimana jika dia melihatku saat tampil dengan nada polos yang tak bermutu ?aku semakin gugup saja saat angka 9 disebutkan oleh Dewan Juri. Namun, langkah ku tetap mantab ke barisan paling depan tepat menghadap barisan si cewek Idola. Ku buka dengan salam dan senyum pada semuanya. Saat nya aku memulai.
            Keringat dingin mengguyur wajah ku dengan derasnya, baru kali ini juga segugup ini. Masa sih cowok keren kaya aku gugup ?Haduh … setelah Dewan Juri mempersilakan aku mundur, sudah sedikit tenang perasaan ku.
“Perfect deh kamu.Hehe” Lagi-Lagi si Cewek Cerewet membuka pembicaraan.
“Hah ?Masa sih, bagusan juga kamu.” Dan anehnya, kenapa aku harus memuji dia ?
“Makasih, setelah kamu siapa ya ?tinggal menunggu nomor undi terakhir nih.”
“Siapa ya ?aku juga tidak tahu.” Celingak-Celinguk
            Sekarang, aku sedang Melongo karna betapa berdegup kencangnya hatiku saat melihat langkah anggung si cewek Idola ku.Dengan mengenakan Rok panjang dan baju berwarna pink seperti sedang mencerahkan hatiku. Hahaha kenapa sih aku ini ?aku langsung tersadar saat Arista memanggilku. Yang benar saja ? Aku panggil dia Arista ?
            “Oh, lihat.Itu dia peserta terakhir yang tadi terlambat.” Jelas Arista
            “Iya, manis banget ya.” Ngelantur
            “Wah,kamu suka ya sama dia ? cocok kok sama kamu. Sama-sama SMP.”
            “Loh, tahu dari mana kamu ?” tanyaku
            “Aku sudah sering lihat dia pakai seragam SMP.”
            “Jadi,kamu sudah SMA ya ?”
            “Ya iyalah adek, hehehe. Tapi SMK.” Ledek Arista
            “Dasar Lu.”
Ku kira,aku bakal jadi cowok tercupu di ruang ini Cuma gara-gara ngaji gak pakai Nada. Ternyata si cewek Idolaku sama kaya aku, wah sehati banget. Hehehe
***
Karna si cewek Idola ku itu adalah peserta terakhir, maka kini adalah saat yang sangat mendebarkan yaitu pengumuman kemenangan (padahal sebenarnya aku biasa saja dan tak berharap menang) Ternyata, Juara mengaji tahun ini di bagi dua golongan yaitu SMA/SMK dan SMP yang artinya bakal ada 4 orang yang menjuarainya nanti (PA/PI dari SMA/SMK dan PA/PI dari SMP)
“Aku yakin,pasti kamu yang menang.” Canda ku kepada Arista
“Hehe AMIN, semoga saja kamu juga menang.”
“Haluah, aku sih gak berharap menang.Udah Pesimis dulu, liat saja Cuma aku yang ngaji nya gak pake Nada.”Curhat ku penuh kesal.
“Ya siapa tahu saja bakal ada kejutan.”
“Maksud kamu BEJO ?!” Teriak ku masih dengan kekesalan sehingga membuat semua orang menatap ku tak terkecuali si cewek Idola ku.Hanya senyum andalan ku yang bisa melumpuhkan muka Idiot ku baru saja.
Ternyata memang benar, di Tingkat SMA/SMK ini pemenangnya adalah Arista untuk PI dan teman satu sekolahnya untuk PA.Ketika, dewan Juri membacakan pemenang tingkat SMP untuk PI aku tak segan-segan melirik cewek Idola ku yang terlihat biasa-biasa saja tanpa wajah gugup sekalipun. Menurut filling ku (hahay sok filling-fillingan.) si cewek Idola ku itu pasrah sama seperti ku, karna pasti bukan kita yang bakalan jadi Juara dan aku sih tidak berharap sama sekali.
Eits, tapi ternyata dugaan ku SALAH BESAR. Justru si cewek Idola ku itulah yang menjadi Juara di tingkat SMP untuk PI dengan nama nya yang sangat cantik seperti orangnya. Ya benar, nama yang begitu pas pada dirinya ketika nama itu di sebutkan dewan juri “Ashifa Dara Paramita”begitulah aku akan memanggilnya suatu saat nanti. Saat nama itu kudengar untuk yang kedua kalinya, aku melirik Ashifa si cewek Idola ku dan ku lihat dia sedang melongo seperti kesamber petir, tapi itu membuat wajahnya semakin terlihat sangat menggemaskan dengan akhiran sebuah senyuman pada Dewan Juri. Dan, kini senyuman itu melayang-layang di kepala ku membuat ku semakin terus ingin mengingat nama nan cantik itu. Wajah yang begitu polos menggemaskan seperti boneka Barbie ingin rasanya aku simpan agar tak seorang pun boleh memegangnya bahkan mengambilnya.Sayup-sayup ku dengar seseorang memanggil namaku seperti sedang memohon untuk melihat boneka Barbie itu. Daannnn…
“Dwikiiiiiyyy !!!!”Teriak Arista membuat mimpi indah ku hancur berantakan seperti sedang ada Badai besar menghantam.(Mulai lagi ngelanturnya.)
“Haaa ??apaa ?” jawab ku malas
“Selamat, kamu menang.” Dengan wajah berseri-seri
“Haaaaaaa ???????????? Apaaaaaa???????” ku ulang kembali kata-kata ku seperti tak ada kata lain yang pantas ku ucapkan namun dengan Intonasi yang jauh lebih tinggi.
“Iyaa, kamu menang IDIOT. Selamat ya..”
“Kook bisaa ??Idiot ??Menang ??” sontak saja aku terkejut dan selalu mengulang kata-kata yang sudah terucap dan semakin membuat ku terlihat sangat SANGAT  IDIOT.
“Heuuhh, tau ah gelap.” Terlihat mimik yang putus asa.
“Hehe, aduh maaf aku gak percaya saja kok bisa aku yang menang ?Dewan Juri pasti salah. Atau kamu yang salah dengar kali.” Tanya ku masih penasaran dengan rasa tak percaya.
“Enggak, kamu memang menang.Dan kita bisa berangkat bareng lagi nanti di tingkat Kabupaten. Kamu harusnya senang dong kan bisa ketemu lagi sama Ashifa.” Celoteh Arista yang kali ini dengan penuh kesabaran.
“Iya ya, oke thanks.” Ku tarik sudut bibirku pelan-pelan ke atas tanpa keraguan demi memunculkan Ketampanan ku dan menyembunyikan mimik idiot ku baru saja. (Haha PD)
***
Setelah pengumuman kejuaraan tingkat Kecamatan usai beberapa minggu yang lalu, belum ada juga kabar tentang keberangkatan ke Kabupaten bagi yang memperoleh juara 1 termasuk aku (Bukan nya sombong nih, hehe). Semenjak perlombaan itu, aku jadi jarang banget ketemu sama Ashifa. Wajah nya selalu terbayang di benak seorang remaja yang lagi jatuh cinta, sampai saat sekolah pun dia masih ada di pikiran ku.
“Hey Dwi, Lo ada yang naksir loh.” Kejut Rifky membuyarkan lamunan ku.
“Hah, Biasa orang ganteng udah resiko.” Canda ku.
“Enggak, Gue serius tau. Cewek favorit di sekolah ini NAKSIR SAMA LO !” teriak nya membuat seluruh seisi kelas terkejut dan aku juga.”
“E-eh, e-emm apa’an sih kamu ki, jangan keras-keras dong. Sayang banget ya, aku udah PUNYA CEWEK.” Bantah ku, padahal sebenarnya baru Calon cewek ku. (Entah mau atau tidak)
“Wah wah wah, siapa Dwi ? kok gak kenalin sama gue sih ? Payah Lo”
“Ada dueh, mau tau aja.” Gaya ku sok manis pada Rifki. (seperti gaya bencis haha)
“Huuu, Dasar Lo. Kalau gitu, princess school mau gue pacarin aja deh. Dari pada nganggur.” Princess school memang julukan bagi Anisa yang memang paling cantik di sekolah ku.
***
Siang ini,aku lelah sekali setelah mengikuti beberapa praktikum di sekolahan termasuk olah raga yang membuat badan pegel-pegel. Eh, walau begitu otot ku kuat-kuat Loh (jangan salah,hehe). Berbaring di sofa yang empuk sudah sedikit mengurangi beban yang menyangga punggungku seharian ini. Saat ku pejamkan mataku, terbayang wajah beberapa gadis yang memenuhi pikiran ku. Ku buka mataku lebar-lebar dan ku ingat siapa yang ada di pikiran ku. Ternyata, semua cewek itu adalah yang berawalan huruf A dan berakhiran huruf A pula. (Arista,Ashifa dan yang terakhir Anisa.) pusing kepala ku bisa-bisanya mereka semua nyampur jadi satu dalam situasi yang sama. (Huuhh)
“Dwikiyyy ! dimana kamu ?” panggil Ibu ku.
“Iya bu, di Ruang tamu.” Sembari jalan mendekati keberadaan Ibu ku di Dapur.
“Ini, ada surat dari Kecamatan. Coba baca’in, Ibu mau dengar.” Yah begitulah, Ibu ku memang kurang mendapat Ilmu pendidikan yang layak dahulu saat Ibu ku masih berstatus pelajar jadi sulit juga untuk membaca bahkan tidak bisa membaca sama sekali.
“Oh, ini Loh bu. Dwiky mau berangkat lomba lagi ke Kabupaten minggu depan dan disuruh untuk memperdalam ngaji nya gitu katanya.”
“Ibu doakan kamu menang ya Dwi. Ibu bangga sama kamu. Biar saja Ibu yang bodoh asal anak-anak Ibu pandai.” Begitu celoteh Ibu yang hanya ku jawab dengan cengiran pesimis yang memang tak mungkin sekali aku bisa menang ke provinsi karna kemarin saja hanya BEJO.
Aku kembali melamunkan Ashifa yang aku sama sekali tak tahu dimana dia Sekolah, dimana dia tinggal dan kemana sekarang dia. Tapi,setelah aku pikir-pikir lagi kemarin kan lomba antar SMP/SMA/SMK se-kecamatan, berarti rumahnya dan sekolah nya tak jauh dari sini dan tak berada di luar kecamatan. (Ya iyalah, IDIOT) wah Ide bagus, yaapp.
Sore ini, langsung ku samber sepeda motor sederhana ku untuk sekedar main cari angin. Namun, tetap ada tujuan lain yaitu mencari rumahnya Ashifa. Dengan hanya berputar-putar di jalanan kecil pemukiman dekat SMP Negeri 1 Girikarta, tak juga ku temukan sosok Bidadari cantik pujaan ku itu. Ku pikir, saat sore hari begini lah seorang cewek bakal keluar rumah untuk sekedar istirahat atau apalah dan ku pikir dengan ku mencari rumahnya di dekat SMP bakal langsung ketemu karna biasanya seseorang sekolah pasti tak jauh dari sekolah itu sendri tapi ternyata tidak kunjung ada juga. (Sok Tahu dikit boleh yaa.). Aku semakin murung saja dan tak biasanya aku dibuat seperti ini oleh cewek. Dan akhirnya pun, aku pasrah. Toh, minggu depan aku yakin banget bakal ketemu lagi walau mungkin itulah saat terakhir dan aku tak akan menyia-nyiakan hal itu.
***
Saat yang ku tunggu-tunggu tiba juga. Pagi ini, semua peserta yang menang di tingkat Kecamatan sedang berkumpul di depan Gedung. Seperti biasa, aku memakai peci khas aku banget (Peci miring ke belakang seperti pedagang sate Madura, hehehe kan keren). Tapi, tiba-tiba saja perasaan ku gelisah saat Bis sudah datang namun Bidadari ku belum juga datang. Sepertinya air mata ku mulai mengalir saat muncul perasaan kecewa. Kecewa karna aku belum sempat berbicara dengan nya, lebih dekat dengan nya dan hanya mengagumi nya dari kejauhan. Ku biarkan air mata ku kering dengan sendirinya dan saat itulah aku melihat sosok wanita memakai Baju Putih dengan rok panjangnya yang berhembus angin, Ashifa. Walau, dia tak mengetahui keberadaan ku disini. Aku akan terus mencoba mendekatinya dengan berjalan mondar-mandir di depannya (Haha konyol juga sih kedengarannya, IDIOT).
Sepertinya, Ashifa sedang tersenyum malu daaann ya, dia melihat ke arah ku. Ku sambut senyum manisnya dengan senyum sok manis ku. Akhirnya, semua peserta menaiki bis dan memilih tempat masing-masing. Aku sengaja menunggu Ashifa agar kita bisa duduk lebih dekat, ya kalau bisa satu kursi berdua. (Ngarep banget).
“Boleh geser ?” Sapa ku untuk yang pertama kalinya kepada Ashifa, dengan modus dia bisa duduk di samping ku.
“Hemm” Sambil menggelengkan kepalanya dan itu menandakan bahwa aku tidak boleh duduk di samping nya (Huhuhu, mengecewakan sekali bahkan juga memalukan.)
Akhirnya, aku memutuskan untuk duduk di sebrangnya. Memang masih dekat sih, namun tetap saja tidak duduk di sampingnya. Dan aku masih saja merenung memikirkan hal yang tidak-tidak. Satu kata yang dia ucapkan seakan menembus jantung hati ku yang paling dalam. Seperti lebih jelasnya dia MENOLAK CINTAKU. Baru pertama kalinya aku benar-benar di buat patah hati oleh cewek polos seperti Ashifa (Jadi kepingin Uring-uringan). Ku beranikan diri untuk melihatnya yang sedang duduk santai di samping jendela besar memandang keluar dengan sinar mentari pagi yang menyoroti wajah imutnya. Sungguh cantik yang alami (Batin ku)
Kini aku seperti bukan aku, seperti sedang di sihir oleh penyihir cinta sejati yang tak ingin berpindah menatap sosok Bidadari yang dikirim untuk menyihir seluruh jiwa ku (Khayalan tingkat dewa-dewi.) Setelah ku pikir-pikir, mungkinkah dia Mencintaiku ? mungkinkah dia melihat ku ? dan benar-benar mengetahui bahwa aku lah yang mengagumi nya yang saat ini berada tak jauh dari nya ? Jawaban singkat terdengar samar di telingaku (Entahlah)
***
Perjalanan terasa sangat mengasyikkan, beberapa kali ku memergoki Ashifa sedang curi-curi pandang ke arah ku. seperti sebuah jawaban dari segala lamunan ku tadi. Hati ku tentunya sedang berdegup kencang dan ini terasa tak biasa bahkan sungguh luar biasa. Sampai gerogi aku ingin makan saja sampai di lihatin segitunya, (Wah wah)
Sedari tadi, senyum ku terus mengembang sejak aku dan Ashifa terus bisa bersama. (Ya iyalah, PA/PI SMP kan memang harus bersama terus.) sekarang, Ashifa sedang berjalan laksana seorang Putri di depan ku dengan seorang lelaki tua di sampingnya dan mungkin itu Ayah nya. Aku pun mengikuti setiap langkahnya dengan santai di belakangnya, dan setiap kali dia menoleh ke belakang tak ku sangka aku bakalan Gugup dan tersandung.
“Hey, kamu tidak apa-apa ?” Ucapnya terlihat cemas.
“E-eh, E-em i-iya tidak apa-apa kok.” Dan aku mulai gugup lagi. Untuk yang kedua kalinya aku mendengar sebuah kalimat dan bukan sebuah kata lagi yang keluar dari bibir mungilnya. Dan aku juga melihat pipinya merah merona mungkin karna malu sudah ku pergoki sedang curi-curi pandang ke arah ku. (Hehe PD)
Di ruangan yang tak begitu luas, semua peserta SMP berkumpul. Aku sengaja masuk terlebih dahulu ketimbang Ashifa karna untuk memastikan tidak akan ada yang mencelakai Ashifa ketika dia masuk terlebih dahulu. (Perhatian kan aku, hehe). Namun, ku dapati kursi nya sudah penuh dan hanya tersisa satu untuk ku. Karna tidak tega maka…
“Ini, untuk mu dan duduk lah.” Ku persilakan Ashifa duduk dengan sopannya dan tersenyum kepadaku.
“Terima kasih.” Lirih suaranya. Walau harus mengambil kursi lagi, namun ini terasa menyenangkan saat mendengar suaranya.
***
Seperti biasa, sebelum lomba dimulai. Ku pandangi Ashifa yang sedang berbicara seru kepada teman barunya. Dan ku sadari ternyata tak sepenuhnya Ashifa itu pendiam dengan kata lain dia tidak cerewet namun Ramah (Oooowwww). Setelah cukup lama ku memandangi Ashifa, aku tersentak kaget dengan kehadiran Bidadari lain yang membangunkan ku dari lamunan tentang Ashifa.
“Permisi, boleh duduk sini ?” Sapanya kepada ku, dan tak kusadari aku sedang melongo menatapnya yang begitu cantik dengan gaun ungu nya serta pipi halusnya yang di hiasi dekik tipis ketika dia tersenyum.
“Oh, tentu saja. Silakan.” Dan saat itulah aku menghabiskan waktu untuk berkenalan dengannya sembari menunggu acara dimulai. Kini, aku telah dihadirkan sosok wanita yang benar-benar sedang dekat dengan ku bahkan jauh lebih ramah kepadaku dan ku panggil dia dengan nama Dinar.
Hingga acara di mulai aku dan Dinar masih saja berbincang-bincang dengan serunya. Dia ternyata pandai melawak sampai aku dibuat terbahak-bahak oleh nya dan melihat Dinar terus tersenyum membuat aku semakin betah di dekatnya. Namun, setelah lama aku tertawa karna Dinar aku kembali teringat dengan sosok Ashifa yang duduk agak jauh dengan ku dan dia terlihat murung tanpa senyum sedikit pun yang mengembang di wajah imut nya (Cemburu nih yeee, haha PD) mungkin dia memang cemburu atau bahkan tidak peduli dengan ku. Memikirkan hal itu semakin membuat rasa sayang ku berkurang padanya, akankah dia tak peduli aku dekat dengan siapa saja ? aku tidak tahu.
Hal yang paling mengecewakan adalah kebahagiaan sementara antara aku dan Dinar. Mungkin bagi cewek lain aku terlalu pemberani, terlalu PD menghadapi cewek secantik Dinar sampai pada akhirnya aku meminta nomor HP nya secara langsung tanpa ragu-ragu.
“Din, pasti kamu punya HP ya ?” Candaku
“Hehe iya, kok tahu ?”
“Ya tahu lah, anak muda jaman sekarang mana ada yang tidak punya HP apalagi cewek secantik kamu.” Jawab ku sekenanya.
“Hahaha canda’an mu garing tahu gak ?” Ejek Dinar
“Hehe, aduh sebenarnya niat ku bukan itu Din.” Dengan muka ku yang sudah merah marun menahan malu.
“Terus apa Dhi ?” Tanya nya dengan suara lemah gemulai yang memanggilku dengan sebutan (Dhi) ya tentunya nama ku yang paling depan (Ardhi) dan baru wanita itu yang memanggil ku Ardhi.
“Aku pengin minta nomor HP mu Din, kan setelah ini pasti kita tidak bisa ketemu lagi. Apalagi setelah kamu tampil awal nanti kamu langsung pulang kan ? tidak mungkin nungguin aku kan ? Jadi Boleh yaaa ? Plisss.” Rayu ku panjang kali lebar. (sama dengan Luas dong,wkwk)
“Boleh, 085678910111.” Jawabnya singkat padat jelas.
“Wah nomor yang cantik seperti orangnya.” Gombal ku pada Dinar
“Hahaha sayang sekali, gombal mu tidak manjur karna aku Cuma bohongin kamu. Wleeekk”
“Haaa ?? ya terus mana nomor kamu Dinaaarr ? huuh nyebelin” (IDIOT)
Setelah mendapatkan nomor asli Dinar, aku sedikit tenang karna peluang akan kehilangan Dinar jadi sedikit. Mendengar suara merdu Dinar saat tampil membuat tubuh ku goyah, dan rasa pesimis ku semakin kuat. Dinar mendapat nomor urut 11 sedangkan aku 60. Bisa bayangin kan betapa jauhnya jarak itu ? Langkah mundur Dinar pun membuat seakan tubuh ku layu.
“Aku pulang dulu ya Dhi, Bye.” Lambaian tangan nya, senyum manis nya, semua itu akan terasa indah di kenang hingga aku tak sanggup membalas senyum itu dan hanya melongo melihat sosok Dinar yang hilang di balik pintu. (IDIOT Lagi deh)
***
Kepergian Dinar membuat ruangan seakan sepi seperti hati ku saat ini. Hanya diam dan diam yang ku lakukan hingga pada akhirnya ruangan kosong tersisa nomor urut 58,59,dan 60. Ku pandangi seluruh ruangan dan mataku berhenti pada sosok yang sempat hilang, Ashifa. Masih dengan muka datarnya, wajah murungnya, tanpa senyum yang mengembang. Aku jadi merasa bersalah karna sedari tadi ku anggap dia tidak ada dan baru terlihat sekarang. Ku beranikan untuk menyapanya.
“Hey, nomor urut berapa kamu ?”
“59.” Jawabnya singkat dan amat singkat. Hanya satu kata.
Namun, satu kata itu sangat berarti bagiku. Nomor urut 58 sudah keluar baru saja dan  Ashifa sudah bersiap untuk tampil. Kali ini, hanya aku dan memang Cuma aku yang melihat nya tampil begitu sempurna. Saat lantunan ayat suci Al Quran keluar dari bibir mungilnya, seakan dia sedang membacakan ayat-ayat cinta untukku. (Mengkhayal lagi..) ku lihat dari sorot matanya, dia terlihat sangat gugup. Entah karna berada di depan ku dan hanya aku yang melihat atau gugup karna memang malu kepada dewan juri, aku tidak tahu.
Tiba-tiba saja, Ashifa tersenyum padaku lalu melangkah keluar dan menghilang di balik pintu. Kini, di ruangan hanya ada aku karna semua Bidadari ku terbang ke khayangan. Tubuh ku melangkah lemas karna tak ada dorongan semangat sedikit pun dari Bidadari ku.
Saat acara memang sudah berakhir, aku melangkah keluar dan mendapati Ashifa sedang makan dengan manisnya di tepi koridor kelas. Dia tersenyum malu saat aku menatapnya dalam-dalam penuh arti dan harapan. Namun, aku pun bergegas pulang karna aku sudah di jemput Ayah ku. Mendapati ada Bis yang ku gunakan saat berangkat tadi aku memilih pulang bersama Ashifa dan membiarkan Ayah pulang terlebih dahulu.
Langkah manis nya melihatkan betapa anggunnya Ashifa, sampai tanpa ku sadari aku sudah duduk manis di bangku paling depan.
“Ashifa, duduk sini saja.” Sapa ku sembari senyum padanya. Namun dia menolak ku dengan halus hanya menggelengkan kepala. Dan saat itulah hatiku hancur, Ashifa duduk paling belakang sangat jauh dariku. Mungkin aku kecewa, patah hati dan sebagainya. Karna Ashifa tak menghargai ajakan ku atau lebih tepatnya perasaan ku, saat-saat terakhir ini lah harusnya Ashifa melihat ku dan benar-benar melihatku. Semua harapan ku musnah sudah. Kini, ku pejamkan mataku untuk melupakan segalanya tentang Ashifa hingga benar-benar sosoknya hilang ditelan waktu.
Bunyi dering ponsel ku membangunkan ku, dan terlihat sebuah nama yang tak asing disana, Dinar. Bidadari baru ku itulah yang menumbuhkan semangat baru ku pula. Aku pun sudah membuat keputusan untuk lebih mengenal Dinar dan menggali perasaan sayang padanya.


Puisi tentang Alam "16.47 WIB"


16.47 WIB
Sore ini, Alam mengamuk
Tak menampakkan semburat jingga di ufuk barat
Namun memunculkan awan hitam mengepul mengusir awan putih
Surga seakan hilang menjadi neraka
Tak ada keindahan yang tampak
MENAKUTKAN,  MENGERIKAN …
     Kilatan cahaya putih menyambar
     Bumi seakan terang lalu padam
     Tak ada yang berani memandang
     Hanya aku yang menikmati peristiwa Mencekam
     Dimana musim kemarau ada Badai Besar
Alam Mengamuk,
Tak tau arah, tak tau tujuan
Semua terkena dampaknya
Dari yang berdosa hingga yang berpahala
Dari seorang kyai hingga penjudi
Hati ini terus berdegup kencang
Karna Badai terus menghadang
Bumi terasa berguncang
Gelap tanpa penerang
Hidup atau Mati ???
Tuhan yang tahu pasti
Kita hanya perlu berhati-hati
Dan Berserah Diri… 

By : Ulfa Nasrul Hidayati_26

Selasa, 30 April 2013

Cerpen Remaja 2013


ROMANTIC DAY

            “Lihat pa, anak kita cantik seperti Bidadari.” Kata Verly terkagum-kagum.
            “Tentu saja, mama nya kan juga cantik jadi menurun ke anak kita.” Canda Steven.
            Suasana bahagia terlihat pada lesung pipi Verly yang sedari tadi terus memandangi buah hatinya yang baru saja dia lahirkan tanggal 01 Januari. Bayi perempuan Verly dan Steven mereka beri nama “Ataya” yang berarti putri cantik nan anggun.
***
            Setelah menginjak usia Remaja, Ataya tumbuh menjadi wanita yang lemah lembut, anggun, seperti bundanya. Dia sekarang sudah kelas IX SMP Melati Asih. Dikenal sebagai sosok yang pendiam namun juga ramah. Banyak teman-teman Ataya yang menyukainya. Para gurupun menyayangi Ataya karena selain cantik nan anggun, Ataya juga pandai bernyanyi dan nilai akademisnya pun di atas 90.
            “Ataya,nanti latihan vocal bersama Leonard ya di ruang kesenian setelah istirahat pertama. Ibu tunggu.”
            “Baik bu, nanti Ataya kesana.” Jawab Ataya ramah
            Ataya menjadi sangat dekat dengan Leonard sang Gitaris dari SMP Melati Asih karena sering bertemu bahkan berlatih bersama.
            “Hay Ataya, aku sudah menunggumu dari tadi !” Sapa Leonard
            “Benarkah ?” (sembari tersenyum)
            “Heemm…” (mengangguk-anggukkan kepalanya)
            Lagu yang Ataya nyanyikan selalu diambilnya dari perasaan Ataya. Dia pernah menyanyikan Lagu “Romantic Day” saat melihat kedua orang tuanya berdansa laksana putri dan pangeran, dia pun seolah-olah mendalami perasaan ayah dan bundanya saat itu. Suara Ataya yang sangat Istimewa memperlihatkan bahwa dia seperti manusia sempurna yang tak ada kekurangannya sedikitpun. Tapi itu tetap tidak mungkin, Ataya tetap ada kekurangannya yang kita belum mengetahuinya.
***
            2 tahun kemudian, Ataya sudah memasuki kelas XII SMA Putri Indonesia. Seiring berjalannya waktu, dia semakin terlihat sangat cantik saja. Sesuai nama sekolahnya, disana khusus untuk siswi perempuan saja. Dan  Ataya dipilih menjadi Miss Indonesia yang mewakili sekolahnya karena termasuk wanita tercantik. Dengan memakai Kebaya corak putih gading, Ataya terlihat sama persis seperti putri keraton. Walaupun sekarang Ataya menjadi wanita terpopuler, dia tetap rendah hati dan ramah pada siapa saja.
            Namun, di SMA Putri Indonesia ini Ataya merasa kehilangan. Apalagi kalau bukan bakat menyanyi nya dan sang Guitaris yang selalu mendampinginya dahulu. Karna di SMA nya tidak ada Ekstra Menyanyi, maka Ataya mengambil jadwal di luar jam sekolahnya. Dan siapa kira, bahwa Ataya bertemu dengan Leonard kawan SMP nya dahulu yang sekarang masih menjadi sang Gitaris berbakat.
            “Ataya kan ?” Sapa Leo
            “Iya, kamu Leonard ya ?”
            “Yoi, sudah lama sekali tidak bertemu. Beruntung juga aku hari ini, dan kamu menjadi semakin manis saja. Hehehe” Gurau Leo
            “Kamu ada saja yang diomongin. Hemm sekarang nglanjutin kemana Leo ?”
            “Ke SMK Musikal Bandung, kamu sendiri ?”
            “Wah, pasti enak ya sekolah yang sesuai banget sama bakatmu. Aku di SMA Putri Indonesia.”
            “Loh, kamu juga pas banget disana. Pasti sudah jadi Miss terpopuler kan disana ?”
            “Iya, tapi kan tidak sesuai keinginan ku. Aku ingin jadi penyanyi bukan model.” Jawab Ataya
            “Setuju banget deh aku kalau kamu jadi penyanyi, terus aku jadi Gitaris nya. hehe kan pas.”
            “Bagaimana kalau kita jadi satu Group saja di tempat LES ini ?” saran Ataya
            “Mau banget Ataya. Yes yes yes…” (sambil ceringas-ceringis)
***
            Ataya semakin disibukkan oleh jam tambahan music yang digelutinya. Dia jadi sering pergi bersama Leonard untuk berduel. Bunda Ataya juga mendukung atas bakat putrinya. Seiring waktu, Ataya merasakan hal yang berbeda pada Leo begitu juga sebaliknya.
            Sore ini, Leonard mengajak Ataya pergi ke taman desa mereka dengan alasan berlatih memadukan music.
            “Apa yang ingin kita nyanyikan ?” Kata Ataya membuka pembicaraan.
            “Bagaimana kalau Lagu Cinta ?” Jebak Leo
            “Cinta ? cinta yang bagaimana ? kamu kan tahu sendiri kalau aku menyanyi sesuai dengan perasaan, tapi aku belum pernah merasakan cinta.” Polos Ataya.
            “Hemm, bukan itu maksudku Atayaaa !!” (Kesal)
            “Lalu apa ?” (Datar)
            “Be be gini, aaaku suka sama kamu Ataya.” (Kikuk)
            “Suka apa ?” (Masih juga Datar.)
            “Huaaaaa !! Atayaaa, aku cinta sama kamu.” Teriak Leonard, hingga orang-orang melihat mereka.
            “Ha ?” (Kaget tapi tetap Datar.)
            “Kamu gemesin kalau bingung begitu, ya sudah tidak usah di bahas ya.” Akhir kata Leonard. (nyerah)
            Di balik perasaan Datar nya Ataya, dia mengerti maksud Leonard dan dia juga ingin mengatakan bahwa dia juga suka padanya. Namun, Leo keburu berganti topic jadi Ataya menunda perasaannya.
            “Aku punya Lagu buat kamu Ataya, dengerin ya.” (sembari main gitar. Huuu soo sweet)

* Semoga kau mengerti,Aku dan perasaan ini,Harusnya kau sadari,Betapa besar cintaku ini * (Republik - Aku dan Perasaan Ini)
            “Leo, sebenarnya aku juga suka sama kamu.” (Tersipu)
            “Haa ? Sungguh ?” (Kaget campur bahagia)
            “Iya.” (Datar)
            “Coba, buktinya apa ? nyanyi’in Lagu Cinta kalau begitu.” Tantang Leonard.
            “Baiklah.” (Bersiap bernyanyi)

** Jujur saja ku tak mampu 
Tuk pergi menjauh darimu
Meski hatiku rapuh
Kau tak di sampingku setiap waktu
Ku sadari aku cinta padamu

Meski ku bukan yang pertama di hatimu
Tapi cintaku terbaik untukmu
Meski ku bukan bintang di langit
Tapi cintamu yang terbaik **
(Cassandra-Cinta Terbaik)

“Terima kasih putri. Suaranya merdu sangat. Hehe”
“Sama-sama, terima kasih juga.”
“Oke-oke, Ehemm cek 123.. yay, Ai Lof yu.” (Cengar-cengir)
“Ha ? Apa Leo ? Ai Lof yu ? hehehe, me too deh.” (menahan tawa)
“Iya, bukannya benar artinya aku cinta kamu ?” (Bingung)
“He’em.” Akhir kata Ataya.
            Mereka jalani hari-hari dengan penuh kasih sayang dari hati mereka yang paling dalam. Dengan tanggal jadian saat Ataya genap 17 tahun (wow banget)
***
            Bernyanyi dan bermain gitar memang pasangan yang serasi apalagi berparas cantik dan tampan. Semakin banyak saja yang terpesona akan hubungan mereka yang selalu saja Romantis penuh cinta. Entah saat berjalan bersama, bermain, belajar maupun berduel. Mereka selalu membawa aura yang bahagia sehingga orang yang memandangnya juga turut merasakan nya.
            Suatu ketika, Ataya dan Leonard berjanji bertemu di sebuah Telaga. Demi permintaan kekasihnya, Leonard pergi dengan membawa Gitar. Awalnya, Leo akan menjemput Ataya di rumah, tapi Ataya menolak. Dia yang akan menjemput Leo ? Haaa yang benar saja ?? Tapi entahlah …. Akhirnya, Ataya sampai di depan rumah Leo dengan sepeda jaman Belanda milik kakeknya.
            “Eh say, naik apa ?” Sapa Leo
            “Tuh lihat saja, kamu harus bonceng aku pakai itu. Hehe” sambil menunjuk sepeda yang ia maksud.
            “Waahh, oke deh say. Ayo cabut !” Menuju sepeda Kakeknya Ataya.
            Sepanjang perjalanan, Ataya bercerita tentang sejarah sepeda tersebut sejak Kakeknya masih bujang. Awalnya, sepeda itu diperoleh dari hadiah sang kaisar pada masanya. Kakek Ataya pun senang mendapat penghargaan berupa barang mewah kala itu, tak terduga ternyata Nenek Ataya mempunyai simpati pada kakek Ataya saat bertemu di jalan. Karna merasa kasihan pada Nenek Ataya, Kakek Ataya pun membonceng nya sampai rumah dengan penuh perjuangan kala mendaki dan menuruni bukit. Mereka terlihat saling menyayangi, dan peristiwa itulah di kenang sebagai “Romantic Day” yang pertama kalinya di desa sang Nenek.
            “Wah say, berarti kita bakal jadi penerus kakek dan nenek mu dong ? hehe” Tanya Leo pada akhirnya.
            “Yaaa bisa jadi. Hihihi” Ataya nyengir.
            Karna terhibur oleh cerita Ataya, tak terasa Leo dan Ataya sudah sampai di Telaga tanpa rasa lelah sedikitpun. Disandarkannya sepeda tersebut di sebuah gubuk mungil pinggir telaga. Namun, mereka berdua memilih duduk di pinggiran telaga sembari bermain air. Ataya memang suka sekali bermain air sejak kecil. Bahkan saat Ulang Tahun pun Ataya di guyur air merasa senang sekali dan membuat teman-teman Ataya heran. Hehehe Ataya-ataya, lucunya….
            Jreeng jrengg … (Leo mulai memainkan gitarnya, membuat Ataya teringat sebuah lagu yang ingin dia nyanyikan.)
            “Ay, kita nyanyi yuk ?” Ajak Ataya.
            “Hemm, oke. Mau Lagu apa?”
            Cinta yang Sempurna – Kangen Band
            “Sipp, masuk intro”

*Bagai bintang di langit, begitu Cinta kita.. Tak kan pernah binasa, meski terhapus massa…* (Leo)
** Terima kasih Tuhan, Kau telah sempurnakan.. Telah Engkau ciptakan, dia untuk diriku..** (Ataya)
*Aku bukan Pujangga,yang pandai rangkai kata.. yang ku punya hanyalah, hanya segenggam cinta*
**Saat kita melaju, diatas dua roda.. Pegang erat pundakku. Saat meninggalkanku**
*Patahkanlah sayap ku, saat aku mencoba berpaling dari kasih dan sayang mu..*
**Maka bunuhlah aku, bila aku mencoba berpaling dan mencari penggantimu…**

            Bersama alunan simfony yang begitu indahnya, mereka hanyut dalam suasana penuh cinta. Tentu saja… hari itulah yang namanya “Romantic Day” terbukti saat mereka bernyanyi dengan iringan suara gitar, banyak yang melihat bahkan ikut merasakan bahagianya hari itu.
            “Woooww.. Always Romantic Day” teriakk orang-orang yang melihat Leo dan Ataya.
            Mendengar teriakan itu, Leo dan Ataya menghentikan suara mereka dan menoleh ke sumber suara yang mereka ketahui bahwa mereka sedang berada diantara kerumunan orang-orang yang bisa dibilang salut pada mereka. Oooww saat kepergok pun tetap soo sweet.
            “Kalian memang pasangan yang serasi, masnya ganteng, mbaknya juga cantik banget. Apalagi suara kalian yang bagus juga.”
            Hehe, terimaa kasiih.” Jawab Leo
            (Ataya hanya tersenyum memandangi orang tersebut.)
            Tiba-tiba, cuaca menjadi mendung dengan titik-tik air yang mulai berjatuhan.  Dengan cepat, Leo melindungi Ataya untuk berteduh di gubuk mungil tempat sepeda mereka disandarkan.
            “Bakalan jadi Hujan So Sweet ay ?” Senyum Ataya
            “Iya nih, orang-orang sampai salut pada kita. Aku tidak menyangka. Aku bangga banget, bisa memiliki kamu manis.”
            “Aku juga tampan, hehe”
            Dengan canda dan tawa mereka menikmati suasana hujan masih juga dengan Cinta. Entah sampai kapan mereka bersama ? tetap akan dikenang sebagai “Romantic Day” pada setiap tahun baru (01 Januari)
Happy Ending gann..