Rabu, 19 Maret 2014
Cerpen Cinta 2014
“Suara dengarkanlah aku, apa kabarnya pujaan
hatiku ? Aku disini menunggunya, masih berharap di dalam hatinya…” (Hijau
Daun)
Secarik surat
berisikan lagu cinta itu kini telang usang dimakan waktu, namun masih
terbungkus indah di dalam kotak tua milik Naura. Gadis kecil kesayangan nan
anggun. Dia terus memandangi isi kotak tersebut, mengingat kenangan masa lalu
yang terpendam dalam lautan asmara. Ditemani secangkir susu dan roti hangat, ia
duduk manis dalam ayunan bunga di taman kesayangannya.
Sosok
itu telah membuat Naura trauma akan cinta. Namun, sosok itu telah mengajari
Naura akan arti dari sebuah cinta. Ia bahagia sempat merasakan cinta pertama.
Walau pahit adanya.
Teringat
pisau yang menyayat hatinya, membuat Naura meneteskan air mata tepat saat wajah
sosok itu nampak dalam album usangnya. Sosok itu seakan tersenyum bahagia
disana melihat Naura hanyut dalam lautan air mata. Wajah mungil itu kini tak
lagi dapat diulangnya. Hanya sekali. Tepat saat itu juga, dan tak akan pernah
ada lagi.
***
Gadis
kecil itu hidup dalam keluarga sederhana yang penuh akan cinta. Terutama kakak
asuhnya, Violla. Ia sangat menyayangi Naura layaknya seorang ibu. Mengajaknya
bermain, menyuapi nya saat kelaparan, dan menemani Naura saat kelelahan. Naura
enggan jauh dari Violla. Hingga Violla ingin main dengan temannya pun Naura
harus ikut dengannya.
“Ini Naura ya oll ? cantiknya.”
Sapa kak Dilla
“Iya, sayangnya dia pemalu.” Jawab
kak Olla. Olla adalah panggilan dari kakak asuh Naura
“Hehe princess kecil nya Reza nih.
Rezaa, ambilin minum ya.” Teriak kak Dilla memanggil seseorang
“Ini kak, silakan diminum.” Sapa
Reza, adik dari kan Dilla dan teman sekelasnya Naura.
Sosok
itu kini berlari dengan menyibakkan rambut jambulnya. Naura turut berlari
menyertainya, namun sosok itu kini jauh dan hanya bekas senyum itu yang
membayangi Naura.
***
Pulau-pulau dalam peta berterbangan di
kepala Naura enggan diam, ulangan mata pelajaran IPS inilah yang paling
dibencinya. Itu juga membuatnya enggan untuk istirahat dan makan di tempat
biasa ia berkumpul dengan sahabatnya. Naura murung tetap bersikukuh meratapi
hasil ulangannya yang bergambar wajah sedih dari gurunya (0).
Namun, tiba-tiba seseorang yang
sangat dikenalnya menghampiri Naura.
“Hei,kamu kenapa kok sendirian
saja di kelas?” Tanya Reza.
“Aku cuma lagi sebal saja kok.”
Jawab Naura dengan ketus, walau dalam hatinya dia tak mugkin membohongi
perasaannya bahwa dia sangat senang Reza ada disana.
“Lain kali aku bantu deh, Janji.
Oh iya, kamu punya kakak perempuan ya ?”
“Terima kasih. Emm, iya tapi
yang kemarin itu bukan kakak kandungku. Kamu juga punya kan ?”
“Iya, dia juga bukan kakak
kandungku. Aku kan anak pertama, tapi ngomong-ngomong kita sehati ya.
Hehehe...”Goda Reza.
“Hehe bisa saja kamu.” Pipi
Naurapun memerah.
“Aku mau main sepak bola dulu ya
prince. Eh..” Sambil nyengir memperlihatkan gigi taringnya yang ompong.
“Apaa ?? eh iyaa.Bye” Naura
hanya tersenyum mendengarnya.
***
Angin berhembus kencang malam
ini, membuat Naura sulit untuk memejamkan matanya. Ia bergegas menuju kamar
Olla.
“Kak Olla, belum tidur ?” Kejut
Naura dari belakang.
“Eh Naura, belum kok. Sini-sini
sama kak Olla. Kamu kenapa kok belum tidur ?”
“Dingin kak, kakak lagi ngapain
?”
“Lagi ngerjain tugas, tapi udah
selesai kok. Naura, sini deh kakak ceritain.”
“Cerita apa kak ?”
“Soal Reza loh ini. Kata kak
Dilla,Reza itu suka sama Naura. Hehe Ciyee...”
“Gak mungkin kak, wleekk” Bantah
Naura
“Yeee gak percaya, Reza sering
banget cerita sama kak Dilla kalau dia punya pincess yang cantik banget namanya
Naura.” Cerita kak Olla
“Hehe apa iya gitu sih kak ?
tapi Reza ganteng kan kak ? hehe...” pipi Naura kian memerah
“Ganteng dong, pangeran nya
Naura sih. Hehehe... udah-udah ayo bobok sini sama kak Olla. Udah malam lho
ini.” Bujuk kak Olla, yang akhirnya Naura pun tertidur pulas dalam pelukannya.
***
Terik matahari kini semakin
menyengat gadis kecil bernama Naura. Seperti rutinitas sebuah sekolah pada
umumnya, sekolah Naura sedang khitmat melakukan upacara bendera. Naura tak
lepas dari tugas-tugas upacara bendera dan kali ini dia menjadi dirijen atau
penggiring paduan suara. Tangan lentik nan anggun yang dimilikinya membuat
guru-guru mempercayainya menjadi dirijen. Itu juga sebab dari apa yang disukai
Reza.
“Nauraa, dipanggil pak Bruno.”
Panggil sahabat nya, Liana.
“Oh iyaa,aku kesana sekarang.”
Jawab Naura.
“Ada apa pak ?” tanya nya pada pak Bruno.
“2 Minggu lagi akan ada lomba
paduan suara, kamu nanti jadi dirijennya ya nak ?” Ajak pak Bruno.
“Emm, baik pak. Apa tidak
diseleksi terlebih dahulu pak ?” tanya Naura mempertimbangkan.
“Tidak untuk dirijennya, tapi
nanti untuk yang menyanyi akan diseleksi. Nanti pas jam istirahat latihan di
aula ya, ajak teman-teman mu yang ingin ikut dan sekiranya bisa.” Akhir kata
pak Bruno
“Iya pak.”
Bel berbunyi nyaring tanda jam
istirahat telah tiba, berbondong-bondong banyak yang mengikuti audisi paduan
suara di aula. Satu persatu teman-teman ku diseleksi untuk dipilih suara yang
terbaik, Liana turut berpartsipasi dengannya. Namun sayang, Liana tak dapat
berkesempatan untuk mengikuti lomba paduan suara. Hanya sebagian teman sekelas
dan adik kelas. Latihan pun segera dimulai. Naura berlatih dengan sungguh-sungguh,
mengayunkan jemari lentiknya dengan tempo yang baik. Tak disadarinya, dibalik
pintu aula terdapat sosok yang mengagumi Naura.
“Dia tambah cantik ya kalau jadi
dirijen ?” Bisik Reza pada Dedi, sahabatnya.
“Biasa,rencana kapan mau nembak
za ?” Tanya Dedi.
“Nanti sajalah, setelah selesai
lomba. Bagaimana ?”
“Aku sih siap-siap saja,kamu tuh
siap gak kalau ditolak ? haha” Goda Dedi
“Aku kan cowok, ya siaplah.”
Mereka pun sambil berlalu meninggalkan aula.
***
Audisi sudah berlalu, kini saatnya
menampilkan sebuah pertunjukkan yang meriah di aula. Semua sekolahan sudah
hadir dalam halaman sekolah Naura. Hati Naura semakin berdegup kencang dan
terlihat gugup dalam wajahnya. Liana selalu menemani Naura bahkan saat itu
juga.
Acara perlombaan akan segera
dimulai, dan grup paduan suara sudah bersiap di belakang panggung karna
bernomor undi yang kedua. Saat melihat nomor undi pertama yang tampil dengan
memukau, Naura menjadi pesimis dan tak yakin ingin tampil. Namun, karna
dukungan teman-temannya akhirnya Naura mempunyai keyakinan yang kuat bahwa dia
dan grup paduan suara bisa. Nomor undi kedua terdengar nyaring di telinga
Naura, bergegas mereka berjajar membentuk sebuah formasi yang indah dihadapan
para juri. Tak lupa memberi salam hormat sebelum dipersilakan tampil. Alunan
nada-nada dari piano pun berbunyi, tangan Naura juga ikut mengalun disertai
suara merdu teman-temannya.
Ditempat lain, Liana dan Ira
sedang menyusun sebuah rencana bersama Dedi dan tak ketinggalan Reza. Mereka
membicarakan tentang bagaimana cara menembak Naura.
“Ini pasti berhasil, hihihi...”
Girang Ira setelah perundingan misi selesai.
“Kita lihat saja nanti.” Jawab
Reza. Kemudian mereka bergegas menuju tempat yang sudah dipersiapkan.
Tepuk tangan yang meriah
mengakhiri penampilan grup paduan suara bernomor undi dua yang dipimpin Naura.
Mereka kembali menata formasi keluar panggung dengan barisan Naura paling
belakang. Sesampainya diluar, tiba-tiba kedua temannya menutup mata Naura dan
mengajaknya berlari ke suatu tempat.
“Cepat dikit dong jalannya.”
Paksa Ira penuh dengan semangat.
“Aku mau dibawa kemana to ini ?
kok ditutup segala mataku ?” Rengek Naura
“Sudah tenang saja, ada aku kok
disini.” Liana menenangkan.
Setibanya di tempat yang
dimaksud, Naura bergegas membuka matanya. Betapa terkejutnya Naura melihat
segerombolan teman-temannya berkumpul disana dan yang paling terkejut lagi
disana ada Reza, teman yang disukainya.
“Ayo kita pergi dulu kawan,
tinggalkan mereka berdua disini.” Ajak Novian
“Yuk mariii...” Dan diikuti
teman-temannya termasuk Ira dan Liana.
Kini, benar-benar hanya ada
Naura dan Reza. Terdiam, termenung dan entahlah. Naura ingin sekali menangis
karna dia takut dan sangat takut. Namun, suara Reza memecahkan keheningan dan
Naura terpaksa menahan bendungan air mata di pelupuk matanya.
“Ra, aku suka sama kamu. Aku
sayang sama kamu dan aku juga cinta sama kamu.” Tiba-tiba Reza menyatakan
perasaannya tepat dihadapan Naura.
“Tapi kenapa ? kenapa aku dibawa
kesini ? kamu mau apa ?” Tak kuasa lagi, Naura pun menumpahkan air mata yang
kini telah membasahi pipi halusnya.
“Kamu mau tidak jadi pacarku ?”
Pinta Reza dengan santainya. Naura hanya bisa terisak menangis sejadinya
mendengar pernyataan Reza. Dan Naura pun berlari sekencangnya menuju kelas yang
kemudian dikejar Novian.
“Kamu kenapa malah menangis ?”
Tanya Novian yang kini telah berada disamping Naura.
“Aku ta ta takuuut. Aku takut
pacaran, aku takut cinta, aku tak tau cinta itu apa.” Isak Naura
“Kamu tak perlu takut, Reza itu
orangnya baik. Dia sayang sama kamu juga sudah lama, kamu harus menghargai
perasaannya. Aku dengar-dengar kamu kan juga sayang sama Reza ? kamu jangan
membohongi perasaan mu, kesempatan tak datang dua kali Ra.” Jelas Novian.
“Iya, aku tahu kok. Tapi aku
bingung harus jawab gimana, kamu tahu kan ? aku tuh takuuutt Noviaann...
huhuhu” teriak Naura hingga pak Bruno datang menghampiri.
“Ada apa Naura ? kok menangis ?”
Tanya pak Bruno
“Aku tadi ditembak pak, huhuhu”
jawab Naura dengan polosnya.
“Ha ha ha, ya baiklah kalau
begitu cepat diam ya nak jangan menangis lagi.” Tawa pak Bruno diikuti
teman-teman Naura yang menyaksikan, Naura hanya terdiam bingung menatap semua
orang yang menertawainya.
Naura kesal dengan sikapnya hari
ini, seharusnya dia juga mengatakan pada Reza bahwa dia juga sayang padanya.
Tiba-tiba sepucuk surat berada dalam genggamannya setelah sosok berlalu melalui
meja nya.
***
Kejadian yang lucu dan indah
bagi Naura kini telah berlalu. Naura telah menjadi kekasih Reza tetap
pada tanggal 17 Oktober 2009, mereka
selalu bersama saat disekolah. Surat demi surat banyak diterima Naura dari
Reza.
“Terima kasih ya lagunya.”
Sapa Naura pada Reza
“Sama-sama, aku minta nomor kamu
Ra.”
“Boleh, tapi ini nomor kakak ku.
Tidak apa-apa ya.”
“Tak masalah princess, hehe”
Malamnya, ponsel kakak Naura
berdering.
“Hahaha Nauraaa, ada sms buat
kamu. Ciyee dari pangeran katanya.” Naura bergegas menghampiri kakaknya.
“Hehe apa sih kak.” Sahut Naura
sembari mengambil ponselnya.
“Selamat malam putri yang cantik
seperti bidadari. Pesan ini dari sang pangeran.” Begitu sms dari Reza.
“Malam pangeran, sampai jumpa
besok ya.” Jawab Naura melalui via sms dengan wajah yang sumringah.
Dalam kelas Naura sudah ramai
membicarakan hubungan Naura dengan Reza. Semua orang bersorak saat Naura masuk dengan pipi merah
merona. Hari ini akan ada ulangan mata pelajaran IPS dengan menghafal peta,
namun Naura tetap santai karna Reza memiliki janji akan membantunya. 1 jam
telah berlalu, kepala Naura pusing memikirkan jawaban yang tak kunjung datang hingga
jam istirahat pun tiba.
“Ada yang sulit Ra ?” Tanya Reza
menghampiri dan duduk disamping Naura
“Sulit semuaa.” Jawab Naura
dengan wajah cemberutnya
“Sini aku bantuin, ini nih
jawabannya. Selesai kan ?” Sembari membelai rambut Naura.
“Oh iya, terima kasih ya.” Naura
memberikan senyuman terindah untuk Reza
“Aku ke kantin dulu ya, nanti
kamu nyusul ya. Bye” Reza berlalu dengan melambaikan tangannya
Di kantin, Naura dibelikan Reza snack kesukaannya. Naura
sangat senang sekali karna Reza memperlakukannya sangat baik.
“Ra, besok minggu main bareng
ya. Ajak Liana kalau mau.”
“Iya deh.” Naura tersenyum
tersipu menahan bahagianya.
***
Minggu
yang cerah ini, Naura, Reza dan teman-temannya akan bersepeda bersama. Naura
dibonceng Reza menggunakan sepeda Liana, sedangkan Liana dibonceng Tio,
kekasihnya dan juga sahabat Reza. Sedangkan yang lain bersepeda sendiri. Karna
Reza mengayuh sepedanya dengan cepat, mereka berada di barisan terdepan.
“Ra,
pegang tangan ku dong. Hehe” Ajak Reza
“Malu
lah za.” Naura mendelik di belakangan punggung Reza. Namun akhirnya, tangan
mereka bergandengan disepanjang jalan dengan romantisnya.
Rombongan
Naura istirahat sebentar di rumah nenek Ardhi, sahabat Naura. Disana, disuguhi
banyak makanan. Bergegas Reza mengambil sepotong roti untuk disuapkan Naura.
“Sini
Ra, aku suapin. Aaaaa’ …”
“Emm,
Makasih ya za.”
“Aku
bakal panggil kamu sebutan yang lucu, boleh ya ?”
“Apa ?”
“Beby,
hehe” Semua orang tertawa melihat tingkah Reza yang romantis dengan Naura.
Perjalanan
berakhir, mereka pun bergegas pulang kerumah Reza karna sepakat akan membantu
membersihkan rumah baru Reza yang berada di dekat Naura. Naura dan Reza
layaknya kekasih yang abadi, mereka sangat kompak saat menyapu, mengepel bahkan
saat lelah pun mereka masih sempat untuk saling memijit leher. Setelah usai,
Naura pulang kerumah untuk mandi dan kembali bermain bersama teman-temannya ke
rumah Reza yang lama karna kakaknya akan menikah.
Di
jalan Naura dibonceng Tio karna Liana terpaksa tidak ikut. Sesampainya di rumah
Reza, diberikannya buku kecil milik Naura. Naura terpana melihat betapa
tampannya kekasihnya saat itu, dengan kemeja kotak-kotak ditambah jambul
khasnya. Akhirnya, Reza mengajak Naura untuk berjalan-jalan di pinggiran sawah
dekat rumahnya. Sering sekali Reza membelai rambut Naura yang indah dan selalu
memandangi wajah cantiknya.
Di
gubuk mungil berlindungkan pohon chery ini, Reza duduk disamping Naura dengan
memberikan sebuah kalung berliontin love warna kuning emas.
“Ini
untuk mu, dijaga baik-baik ya.”
Naura
tak ingin ketinggalan dengan memberikan kalung couple berliontin love
pada Reza. Apabila kalung itu dibuka, akan terbaca nama Reza Love Naura.
“Ini
juga untuk kamu, I Love You” Naura tersipu malu namun tetap memancarkan
senyuman terindahnya.
“I Love
You too” Jawab Reza sembari mencubit pipi Naura yang telah merah sedari tadi,
dan dibalas senyuman dari Naura.
Tak
lupa mereka mengabadikan foto berdua disana, penuh cinta dan bahagia.
***
Rasa
bahagia Naura kala itu tak akan pernah dilupakannya, namun semua itu serasa
sirna saat Naura tiba disekolah dengan suasana yang mencekam. Terlihat Reza
sedang berlarian mengejar Irfan dan teman-temannya sembari melempari batu
kerikil. Naura terhenti di depan pintu kelas tak tahu harus bagaimana, namun kemudian
Irfan berlari mendekati Naura.
“Kamu
jangan masuk ke kelas, nanti kamu bakalan ada di tanganku. Ngerti ?” Jelas
Irfan dengan ketusnya. Irfan adalah kekasih Prita salah satu grup dari PLN yang
juga teman sekelas Naura. Naura hanya terdiam bingung memandangi Irfan yang
juga menatapnya dengan kesal. Tiba-tiba Irfan menarik Naura dengan keras dan
menyeretnya keluar kelas.
“Lepasiinn,
ini ada apa sebenarnya ?” Teriak Naura yang kemudian Reza menghampiri mereka.
“Kamu
jangan sakiti pacar ku, Novian ajak Naura menjauh. Biar ku urusi Irfan sialan
ini.” Reza dan Irfan pun berkelahi dihalaman, sedangkan Naura dibawa Novian ke
kantin yang masih tutup karna masih sangat pagi.
“Ini
ada apa Van ? kenapa mereka berkelahi ?
aku khawatir pada Reza” Tangis Naura
“Mereka
lagi ada masalah sama grup PLN. Arin grup baru PLN itu suka sama Reza,
sedangkan Reza anti banget sama grup PLN karna disana ada Prita kekasih Irfan.
Dan kamu tahu kan ? Irfan itu suka sama kamu, makanya Reza anti dengan grup
PLN. Kamu jangan sekali-kali mendekati PLN. Ngerti ?” Jelas Novian dengan
tegas.
Kini
Naura bingung diantara dua pilihan, dia berada di antara Arin dan Reza. Sedang
Arin adalah teman Naura sendiri dan Reza adalah kekasihnya. Naura tahu pasti
perasaan Arin, namun haruskah Naura melepas Reza demi Arin ?
Siang
ini, Naura berencana untuk meminta penjelasan dari Arin salah satu grup PLN
baru. Namun, tak disangkanya bahwa kata Prita, Arin mempunyai niat jahat untuk
memisahkan Naura dan Reza dengan sengaja. Perkelahian barusan adalah
keberhasilan misi Arin yang pertama. Naura menangis dalam pelukan Prita yang
akhirnya diketahui Reza.
“Nauraa,
bukannya aku sudah bilang. Jangan dekati mereka, jangan berteman dengan
mereka.” Teriak Reza marah pada Naura.
“Aku
sama sekali tidak mengerti dengan permainan ini za, kamu sedari tadi tak
memberi ku penjelasan apa-apa.” Isak Naura
“Baiklah,
kita putus saja.” Sembari melemparkan kalung pemberian Naura.
“Rezaa,
aku minta maaf. Tapi aku hanya ingin tahu penjelasan dari Prita. Kenapa kamu
membenci mereka zaaa ?” Naura memohon maaf dalam pangkuan Reza. Namun, Reza
sama sekali tak menggubrisnya justru pergi meninggalkannya sendiri dalam kelas.
Naura
terus menangis dalam bangku kelasnya, semua teman-temannya turut prihatin
padanya. Kalung couple nya pun dilemparkannya setelah Naura mematahkan
liontinnya. Tak disangka, kalung itu ditangkap Irfan yang sedari tadi berada di
belakang Naura. Bergegas Irfan turut mematahkan kalung itu menjadi puing-puing
terkecil. Naura terus menangisi Reza, mantan kekasih yang sangat dia sayangi.
Naura
banyak mendapat masukan dari teman-teman nya bahwa Reza adalah seseorang yang
ego nya tinggi, hanya mementingkan perasaannya saja. Tak memikirkan perasaan
seseorang dari ucapannya yang setajam pisau. Akan diingatnya tanggal
menyakitkan ini, 05 November 2009. Kado istimewa tanggal 24 nanti tak akan
pernah bisa diterimanya. Reza dengan egonya telah merusak semua cinta yang
dirasa Naura. Saat itu juga, Naura merasa bahwa Reza adalah orang yang paling
dibencinya.
Dengan
bantuan Liana, Naura dibopongnya pulang karna suhu badannya yang turun secara
drastis. Dan ditengah jalan yang dilihatnya adalah Reza dengan menggandeng
tangan Arin, hanya berdua dengan Arin di balik gapura sekolahan. Naura tak
kuasa menahan air mata yang akhirnya mengalir dengan derasnya.
Tangan
Naura semakin terasa dingin dan Liana semakin keberatan membopong Naura.
“Ra,
kamu baik-baik saja ?”
“A a ku
baik sa saja.” Jawab Naura yang kian melemah.
Naura
terjatuh lemas dan terguling dari tangga yang dinaikinya sedari tadi. Semua
orang berbondong-bondong menyelamatkan Naura. Reza hanya terpaku menatap mantan
kekasihnya dengan wajah iblisnya.
***
Naura,
gadis kecil yang malang kini telah tumbuh dewasa dengan kekasih barunya yang
jauh lebih dewasa darinya. Naura hanya tersenyum-senyum mengingat surat-surat
masa lalunya yang menyedihkan juga menyenangkan itu. Foto mereka dahulu yang
kini telah usang masih tertata rapi dalam album kenangannya.
Bergegas
Naura kembali mengubur kotak tua itu dalam tempat yang terpendam dalam tanah
dan menghabiskan secangkir susu yang sudah dingin karna sedari tadi tak
disentuhnya.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
bagus, kembangkan karya kamu sahabatku, wkwk :D ini cerpen yg bagus (y)
BalasHapus